Oleh [S Ramadhan Djami]
Dalam lanskap digital dan politik Indonesia yang semakin kompleks, suara suara sumbang yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa semakin mudah ditemukan. Menanggapi fenomena ini, Ketua Umum Jajaran Wartawan Indonesia (JWI) baru baru ini menyuarakan keprihatinan mendalam. Dengan tegas, ia meminta Presiden Republik Indonesia untuk mengambil tindakan tegas membubarkan entitas entitas yang dikenal sebagai 'buzzer' yang dianggapnya menjadi benalu bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Seruan ini menggarisbawahi urgensi untuk melindungi ruang publik dari narasi narasi provokatif yang merugikan.
Buzzer: Penebar Fitnah dan Pemecah Belah
Pusaran informasi di era digital tidak hanya membawa kemudahan akses, tetapi juga kerentanan terhadap penyebaran informasi yang tidak benar. Menurut Ketua Umum JWI, para buzzer ini beroperasi seperti agen provokator yang kerjanya menyebarkan fitnah dan disinformasi. Mereka tidak segan segan menyajikan informasi palsu dan narasi narasi yang sengaja dirancang untuk memecah belah masyarakat, menciptakan polarisasi, dan mengikis persatuan bangsa.
"Kerja mereka (buzzer) memfitnah dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," tegas Ketua Umum JWI. Pernyataan ini bukan sekadar kritik, melainkan peringatan keras tentang potensi kerusakan jangka panjang yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas buzzer terhadap keutuhan sosial politik Indonesia. Akibatnya, kepercayaan publik terhadap institusi, bahkan antar sesama warga negara, bisa terkikis, memicu ketegangan dan konflik.
Negara Tidak Butuh Buzzer, Butuh Pemimpin yang Tulus Bekerja
Inti dari seruan JWI adalah penegasan bahwa kehadiran buzzer sama sekali tidak relevan bahkan kontraproduktif bagi kemajuan bangsa. "Buat apa buzzer ini, mereka tidak dibutuhkan negara," ungkap Ketua Umum JWI. Argumentasi ini didasari pada keyakinan bahwa negara yang makmur dan sejahtera tidak lahir dari agitasi atau manipulasi opini, melainkan dari kerja keras dan ketulusan para pemimpinnya.
Visi kesejahteraan dan kemakmuran yang dicita citakan bangsa ini, menurut JWI, akan terwujud melalui kepemimpinan yang berintegritas, fokus pada pelayanan publik, dan berkomitmen untuk membangun bukan memecah. Pemimpin yang tulus bekerja adalah pondasi utama terwujudnya tujuan tujuan pembangunan, jauh dari narasi yang dibangun oleh para provokator atau buzzer yang hanya menciptakan kegaduhan. Buzzer, dalam pandangan ini, tidak lain hanyalah menjadi provokator yang membuat rakyat terpecah belah, menghambat konsolidasi sosial politik yang esensial bagi pembangunan.
Erosi Demokrasi dan Integritas Informasi
Fenomena buzzer juga memiliki implikasi serius terhadap kesehatan demokrasi di Indonesia. Ruang digital seharusnya menjadi arena diskusi yang sehat, tempat warga negara dapat bertukar ide dan mengawasi jalannya pemerintahan. Namun, ketika ruang ini didominasi oleh narasi yang dimanipulasi dan disinformasi yang disebarkan secara sistematis oleh para buzzer, esensi demokrasi pun tereduksi. Kebebasan berpendapat menjadi bias, dan kemampuan publik untuk membuat keputusan berdasarkan informasi yang akurat menjadi terganggu.
Jurnalisme yang kredibel, yang diwakili oleh wadah seperti JWI, memiliki peran penting dalam menyajikan fakta dan menjaga integritas informasi. Keberadaan buzzer secara langsung menantang prinsip ini, menciptakan 'perang narasi' yang seringkali tidak seimbang dan merugikan pihak pihak yang berusaha menyajikan kebenaran. Oleh karena itu, seruan untuk membubarkan buzzer adalah juga seruan untuk memulihkan kejernihan ruang publik dan melindungi hak masyarakat atas informasi yang benar.
Urgensi Seruan dan Harapan ke Depan
Seruan Ketua Umum JWI kepada Presiden RI ini patut mendapat perhatian serius. Sebagai kepala negara dan panglima tertinggi dalam menjaga keutuhan bangsa, tindakan tegas dari Presiden sangat dinantikan untuk menindak atau bahkan membubarkan entitas yang secara sistematis menyebarkan kebencian dan perpecahan. Ini bukan hanya tentang penegakan hukum, tetapi juga tentang menegaskan komitmen negara terhadap persatuan bangsa di atas segalanya.
Masa depan Indonesia yang makmur dan bersatu sangat bergantung pada kemampuan kita untuk mengatasi ancaman internal seperti fitnah dan polarisasi yang disebarkan oleh buzzer. Dengan langkah tegas dari pemerintah dan kesadaran kolektif dari masyarakat untuk lebih kritis terhadap informasi, kita dapat membangun narasi kebangsaan yang positif, berlandaskan persatuan, kejujuran, dan kerja nyata, bebas dari bayang bayang provokasi dan disinformasi.
Red.