Notification

×

Iklan

Iklan

Dari Siti Hajar ke Siti Khadijah: Peran Wanita dalam Pelaksanaan Emansipasi Sejati

Sabtu | 6/29/2024 10:45:00 PM WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-30T05:45:28Z


Dalam sejarah Islam, kita sering menemui sosok wanita teladan seperti Siti Khadijah, Ratu Bilqis, Siti Hajar, dan Siti Rahmah. Mereka dikenal sebagai wanita yang mampu mengelola berbagai aspek kehidupan mereka tanpa melupakan kodratnya sebagai wanita serta menunjukkan emansipasi terhadap pria, terutama dalam hal-hal rutin.


Sikap teladan mereka terus dijadikan panutan dan inspirasi karena bernilai wawasan luas dan memiliki sugesti yang tinggi. Sulit menemukan wanita dengan karakter seperti mereka. Masyarakat dari masa ke masa selalu menunjukkan kekagumannya melalui berbagai cara. Keteladanan mereka tetap tercatat dalam sejarah yang tersebar di seluruh dunia.


Dengan keteladanan mereka, para wanita ini secara tidak langsung memberi semangat kepada wanita lain untuk merenungkan eksistensi diri. Mereka juga memberi inspirasi dalam bentuk pola dan nuansa moral yang menyejukkan. Mereka mampu menjaga identitas sebagai wanita tanpa menyinggung perasaan pria dan tidak menimbulkan kesan melawan pria. Mereka menciptakan perkumpulan wanita tanpa bermaksud menunjukkan eksklusivitas dari pria. Untaian kalimat mereka yang lembut dan sopan tidak memberi kesan merayu.


Misalnya, Siti Khadijah dikenal sebagai wanita terhormat, bukan hanya karena berasal dari keluarga kaya, tetapi juga karena akhlak mulianya, terutama setelah memeluk Islam. Siapa pun yang menjumpainya, baik muda maupun tua, langsung menghormatinya. Ia mampu menunjukkan stabilitas mental dalam bersikap dan berbicara, yang membuatnya semakin berwibawa.


Setelah menikah dengan Nabi Muhammad SAW, yang berasal dari keluarga miskin, ia mampu menempatkan posisinya sesuai dengan Islam. Ia setia dan patuh terhadap suami serta diridhai Allah. Kesetiaan dan pengorbanannya untuk kegiatan sang suami tidak hanya untuk urusan duniawi tetapi juga ukhrawi, seperti memberikan pelayanan maksimal menjelang Nabi Muhammad SAW menuju Gua Hira.


Ratu Bilqis dikenal sebagai wanita perkasa dengan kekuasaan besar, tetapi setelah dinikahi Nabi Sulaiman, ia menjadi istri yang mampu menempatkan posisinya sebagai ibu rumah tangga maupun permaisuri istana.


Siti Rahmah menunjukkan kesetiaan dan penghormatannya terhadap Nabi Ayub, bahkan ketika Nabi Ayub terkena kusta berat dan diasingkan masyarakat. Demi kebutuhan suami, ia rela memotong rambutnya untuk dijual demi mendapatkan makanan.


Siti Hajar menunjukkan kehebatan, keperkasaan, dan kesabarannya dalam menjalani hidup, bahkan mempelopori pembangunan Mekkah, yang sebelumnya dianggap sebagai tempat yang tidak cocok untuk dihuni.


Para wanita teladan dalam sejarah Islam mampu memperlihatkan kasih sayang dan cinta kasih sesuai dengan ajaran akhlak yang diridhai Allah SWT. Keindahan hati dan kecerahan wajah mereka memberi kesan tulus dan jujur, tanpa alasan untuk dianggap munafik.


Mereka mengerti emansipasi dan menempatkannya secara proporsional, sesuai dengan kodratnya sebagai wanita. Mereka memahami bahwa wanita dan pria memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan bagaimana memanfaatkan kelebihan tersebut.


Penghormatan dan kesetiaan mereka yang mendalam terhadap suami menciptakan suasana rumah tangga yang bahagia dan harmonis. Ketulusan hati dan kejujuran sikap mereka membuat suami tidak curiga atau cemburu. Tindak-tanduk mereka membuat suami semakin menyayangi, menghormati, dan menghargai mereka.


Wanita-wanita teladan ini layak dijadikan motivator dan inspirator bagi kaum wanita. Mereka telah menunjukkan sikap emansipasi yang sejati dan menampakkan karakter serta potensi wanita yang mengagumkan dalam tugas sehari-hari. Seharusnya, setiap peringatan seputar wanita mencantumkan kehidupan dan perjuangan para wanita teladan ini sebagai motivator bagi kaum wanita. Emansipasi telah diperjuangkan dan dipraktekkan oleh para muslimah teladan seperti mereka.


( Red )

×
Berita Terbaru Update